How Silly I Am



Terlalu mainstream  jika membicarakan fakta diri yang baik-baik, karena saya merasa jauh dari baik. Saya berusaha jujur dalam mengenal diri saya, karena terkadang saya juga menyalahkan diri sendiri juga, ko aku gini si? Ko ga bisa protes? Ko diem aja diginiin? De el el dan jujur itu lebih menentramkan gaess, karena semakin kita menolak diri kita sendiri semakin lelah kita menghadapi hidup, ciee haha. Iyoo bener, tapi ginian yang tanpa sadar membuat beban diri yang tidak disadari.

Moody
Kadang saya bisa amat sangat rajin, lain waktu saya malas luar biasa. Satu waktu saya bisa riang gembira dan ramah sorenya jutek dan sensi banget kalau kesenggol dikit juga. Saya bisa amat sangat baik sama seseorang, tapi sekali orang tersebut bikin kecewa, tamatlah riwayatnya. Beuuh. Dalam artian cap jelek dalam dirinya akan selalu saya ingat.
Pendendam? Bukan si, tapi tepatnya saya akan menjaga jarak dan lebih berhati-hati sama tuh orang.



Canggung
Saya tipe orang yang suka mengamati keadaan dulu, butuh waktu untuk adaptasi, jadi ketika berada dalam kondisi yang asing, saya pasti canggung, kikuk gitu. Sekarang kecanggungan itu jauh lebih berkurang, saya bisa menetralisir keadaan dengan tebar senyum kemana-mana, kalo dulu? Mmm bisa-bisa saya cuma garuk-garuk tembok, haha.



Plegmatis
Yup, dari keempat karakter dari teorinya Hipocrates-Galenus ; Sanguin, Melankolis, Korelis, Plegmatis, saya punya kecenderungan kuat ke arah Plegmatis si Pecinta Damai. Milih ngalah daripada ribut, pendengar yang baik, terlihat baik-baik saja. Tapi jeleknya, si plegmatis ini karena penghindar konflik, jadi masalah gak kelar-kelar.
Saya enggan menonjolkan diri, meski menyukai keramaian dan kesenangan, asal tidak terpusat pada diri saya sendiri. Lalu tidak menyukai hal-hal yang bersifat kejutan, dan nyaman  bila hidup sesuai dengan prediksi, karena seringkali saya merasa takut dan khawatir tentang perubahan dalam hidup. Trus gak pinter jadi pemimpin karena gampang tersentuh, sehingga kurang tegas dan berani ngambil keputusan.


Penyendiri
Saya tidak anti sosial atau anti keramaian, tapi karena sering canggung tadi, jadi saya lebih suka kemana-mana sendirian, dan karena bergantung pada orang lain itu melelahkan. Eh. Membuat rencana jalan sendiri saja, nonton, cari buku, atau cuma keliling hunting foto juga sendiri. Meski saya anak bungsu, entah kenapa saya jauh lebih mandiri dari saudara-saudara saya. 


Berani karena terpaksa awalnya, laman-lama justru saya terlalu nyaman dengan kesendirian itu, tentu saja itu gak selamanya baik. Saya sadar, bahwa terlalu independen juga gak bagus buat perkembangan diri dan masa depan (cailah bahasanya). Dalam bersosialisasi orang lain juga butuh untuk dihargai dan dianggap dibutuhkan.
So ada yang mau jadi sandaran saya? haha

Comments

  1. typical of writer ya, mbak..tapi bisa ngobrol lewat tulisan juga apik, kok hehe.Mg harapan mbak terwujud. Segera. Aamiin

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts