Assalamualalaikum
semuanya...
Posting
ini mungkin telat pake banget, salut sama travel
blogger yang bisa buat
tulisan singkat tapi lengkap sekaligus seru tentang cerita perjalanan mereka.
Awalnya saya buat outline tentang perjalanan umroh ini, tapi
selanjutnya malah saya gagal menyeleksi foto-foto mana yang akan
ditampilin, karena seru semua, haha.
Alhamdulillah
setelah dapat ijin cuti 12 hari, akhirnya bisa berangkat umroh dengan tenang
dan lancar, meski sempet drama juga gara-gara galau berangkat apa engga. Okeh,
langsung saja kita mulai.
Day
1 28 January 2017
Bangun
dan berangkat Sebelum subuh diantar rombongan sepupu, keponakan
trus Mita sama Papa Mamanya nyusul juga ke Bandara Soekarno Hatta Terminal 2.
Setelah Subuh, sarapan dan briefing sebentar trus dibagiin paspor dan
kelengkapan lainnya. Jadi untuk perjalanan umroh yang saya ikuti dari armina
termasuk Perjalanan Tauhid, dimana dalam prosesnya jamaah diharapkan bisa
bener-bener maksimal beribadah selama 10 hari itu. Diantara programnya adalah
kajian dan tilawah rutin yang dikontrol lewat WA group. Kami dibagi menjadi dua
bis, rombongan 51 dan 52. Masing-masing rombongan setiap hari diharapkan bisa
menyelesaikan tilawah 30 juz, dibagi setiap orang minimal 1 juz.
Oiya yang unik lagi pada perjalanan kali ini, tour leader kami adalah perempuan semua, Bunda Dewi dan Bunda Emy. Dua orang inilah yang super sibuk nyiapin segala kelengkapan dari tiket, bis, lari-larian ngurusin jamaah di bandara, dari Indonesia, Madinah Makkah sampai kembali lagi di tanah air lokasi. Subhanallah, acung jempol buat beliau berdua.
Oiya yang unik lagi pada perjalanan kali ini, tour leader kami adalah perempuan semua, Bunda Dewi dan Bunda Emy. Dua orang inilah yang super sibuk nyiapin segala kelengkapan dari tiket, bis, lari-larian ngurusin jamaah di bandara, dari Indonesia, Madinah Makkah sampai kembali lagi di tanah air lokasi. Subhanallah, acung jempol buat beliau berdua.
14.25
menuju Jeddah QR 1186
Berhubung
ga pake Garuda, makanan yang disuguhin tentu saja udah beda, ala timur tengah
gitu, nasi, kari, roti gandum, salad pake keju. Alhamdulillah saya termasuk ga
rewel sama makanan, jadi ya dinikmatin aja😆
16.55
sampai Jeddah langsung ke Madinah
Turun
dari pesawat rombongan naik bus ke terminal masuk imigrasi Bandara
Internasional King Abdul Aziz Jeddah. Nah pas masuk imigrasi udah berasa
ramenya, karena ketemu rombongan lain dari Indonesia atau negara lain. Sempet
deg-degan karena kalo denger cerita dari temen or saudara kalau di imigrasi itu
harus super sabar karena bisa luaamaa banget nunggunya, plus petugas
imigrasinya yang seenaknya ngelama-lamain. Tapi entah kenapa pas rombongan
kita, ga begitu lama nunggu, antrian juga ga padat sama sekali. Alhamdulillah
banget. Petugas juga fine-fine aja, kita dipanggil sesuai antrian, foto,
stempel selesai.
Keluar dari imigrasi kita disambut sama banyak counter penjual provider telekomunikasi. Berhubung untuk urusan ini saya udah paketin data khusus buat umroh di Jakarta, jadi ga usah repot lagi beli kartu baru. Sambil nunggu bis rombongan bisa sholat Isya atau pun bersih-bersih sebentar. Tapi sayangnya toilet nya kurang nyaman, kotor dan banyak yang ga bisa digunakan.
Menuju Madinah rombongan langsung dibagi jadi dua Bis, 51 dan 52 sesuai pembagian di Jakarta. dari Jeddah perjalanan kurang lebih memakan waktu sekitar 5 jam. Sempat transit di tengah jalan untuk makan malam, dan kalau ada jamaah yang belum sempat shalat isya. Brrr kerasa dingin banget waktu itu. Karena malam hari, jadi ga begitu jelas pemandangan selama perjalanan, karena memang lewat tol jadi tidak banyak juga hal yang dilihat, selain kanan kiri kosong ngga ada pemukiman warga haha.
Day
2 dini hari check in Madinah
29 Januari
Sampai
Madinah sudah lewat tengah malam, dan sudah tidak sabar rasanya pengen ke
Nabawi. Tapi karena harus check
in dan pembagian kamar hotel, masuk ke Nabawi baru sekitar pukul 02.00
dini hari. Alhamdulillah lokasi hotel sangat dekat, hanya sekitar 200 meter
dari pintu 25 masjid Nabawi. Setelah sebelumnya membaca doa masuk masjid Nabawi
bersama teman sekamar, akhirnya saya bisa menginjakkan kaki di Masjid
Rasulullah Saw.
Rasanya
sungguh tak terlukiskan, mengingat bagaimana dulu aktivitas Rasulullah dan para
sahabatnya membangun Islam dari Madinah, di sini dimana saya menginjakkan kaki
saat itu. Di sini tak hanya aktivitas ibadah, namun juga perekonomian, politik,
pemerintahan semua bermula. Masya Allah.
Assalamualaika
ya Rasulullah...
Welcome
masjid nabawi 😂
Usai
Shalat malam kami kembali ke hotel, istirahat sejenak banget, karena takut
ketinggalan shubuh, gantian mandi dan bersih-bersih, lalu kembali lagi ke
masjid. Pertama kali ikut shalah jamaah di Nabawi rasanya luar biasa, kalau
sebelumnya suasana masjid masih sepi, Subuh terasa riuh dengan orang-orang yang
bergegas menuju masjid, lalu lalang mencari shaf terbaik, ada pula yang
mengambil air zam-zam di lorong dalam masjid. Kantuk dan lelah sama sekali tak
terasa, Masya Allah sungguh beruntung orang-orang yang bisa setiap hari shalat
di Masjid Nabawi ini. Seusai shalat subuh jamaah, saya juga baru tahu seusai
shalat fardhu atau shalat wajib terdengar imam mengumandangkan takbir lagi,
ternyata shalat Jenazah. Lagi-lagi saya takjub, sungguh beruntung orang yang
meninggal di tanah suci, dishalatkan ribuan orang sekaligus di Masjid Nabawi
atau Masjidil Haram. Tak heran banyak yang menginginkan untuk bisa meninggal di
Tanah Suci.
Usai
shalat subuh kami menanti payung di pelataran masjid terbuka, namun sayangnya
sejak bulan Desember payung tersebut tidak dibuka, dengan alasan musim dingin,
yaaah penonton kecewa😂😂.
Ada
kejadian menyedihkan, keluar masjid ada seorang nenek yang mengikuti kami,
ternyata beliau tersesat, mengira satu rombongan dengan kami. Jamaah Indonesia
yang sebagian besar memakai mukena putih seringkali membuat jamaah usia lanjut
kebingungan. Kami berusaha mengidentifikasi melalui slayer dan tas travel yang
dikenakan, membantu menanyai rombongan yang lewat yang mengenakan tas yang
mirip. Hampir lima belas menit sampai halaman masjid mulai sepi, kami tak
menemukan rombongan sang nenek. Akhirnya kami menepi, mengamati name card nenek
itu, jika ada kontak yang bisa dihubungi. Beberapa kali telepon akhirnya
tersambung dengan muthawif rombongan tersebut, tapi lagi-lagi sayangnya sang
muthawif justru kurang kooperatif, bukannya menjemput sang nenek, kami yang
diminta mengantar ke hotel, astaghfirullah. Setelah beberapa kali ditelepon dan
meninggu cukup lama akhirnya nenek dijemput juga. Pelajaran penting, sesehat
apa pun orang tua kalian, jangan biarkan mereka pergi sendirian ke masjid.
Kendala bahasa dan arah sangat membingungkan bagi orang tua. Tambahan lagi
toilet di luar masjid yang cukup jauh juga kurang nyaman bagi jamaah lanjut
usia.
Karena
Jadwal selanjutnya 07.30 Ke Raudhah, kami bergegas kembali ke hotel untuk
sarapan. Menjelang dhuha kami bersama-sama menuju raudhah dimana pintu masuk
jamaah putri pas lewat pintu 25.
Apa itu
Raudhah? Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah mengatakan:
“raudhah adalah
area di sekitar mimbar yang biasa digunakan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam untuk
berkhutbah.
Berdasarkan hadits yang telah disebutkan di atas, raudhah ini
termasuk dalam taman-taman surga. Oleh karena itu disunnahkan shalat di raudhah
baik shalat fardhu ataupun shalat sunnah. Demikian juga disunnahkan i’tikaf atau duduk
untuk berdzikir atau membaca Al Qur’an di sana. Karena beribadah di sana
terdapat pelipat-gandaan pahala” *(
Saya pertama kali mendengar cerita tentang
raudhah ini dari kakak sepupu saya yang lebih dulu berangkat umroh. Kalau dari
ceritanya yang seru dan mengharu biru tentang perjuangan masuk raudhah, membuat
saya malah jadi deg-degan. Tapi bunda
dewi dan teman sekamar yang sudah pernah umroh, menenangkan, bismillah
diniatkan ibadah dan pasrah saja.
Oke cerita selanjutnya
tentang keseruan raudhah lanjut di part selanjutnya yaa…
Wassalam
No comments:
Post a Comment