Syndrom Akhir Tahun

 


Tahun 2020 berakhir hari ini dengan suasana yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di tengah pandemi yang entah kapan berakhir, kita terpaksa menikmati pergantian tahun di rumah saja, tanpa kumpul-kumpul atau begadang tengah malam. Sebenarnya untuk saya sendiri sih sama saja . Malam tahun baru saya terbiasa di rumah saja, meski ga bisa tidur juga karena jedar jeder suara petasan di luar sana. Saya lebih menikmati suasana pergantian tahun untuk diri saya sendiri.

Evaluasi diri, merencanakan mau apa tahun depan. But, 2020 is a sad year. Truly sad. Saya akui pekan ini banyak menangis. Cemas, takut, kecewa, sedih. Feel alone. Padahal sedari bulan agustus saya menyiapkan akhir tahun dengan penuh harap, membangun kebiasaan baru, mencoba optimis, mengurangi sosmed, mengurangi drakor, banyak membaca, membuka hati dsb.

Tapi sepertinya saya kembali lelah. Penghujung tahun ini saya kembali menangis, gelisah, setiap hari. Saya merasa 2020 ini emosi saya diaduk-aduk tanpa henti. Dan kacaunya, saya tak bisa membangun optimisme  seperti biasanya. Rasa sedih begitu mendominasi hingga saya terlalu takut untuk berharap. Takut kecewa.

Bagaimana denganmu? 

Saya harap kondisi kalian jaaauh lebih baik.


Selamat Tahun Baru!

Salam.

No comments:

Post a Comment