November Rain


November, sudah bulan ke sebelas.
Hampir setiap hari turun hujan. 
Tempatmu jugakah?

Setelah sekian  lama tidak terkena hujan selama masa pandemi, hari Kamis pagi karena jadwal WFO, setengah hati aku terpaksa mengenakan mantel dengan rapat, menembus hujan dengan motor menuju kantor. Di jalan menemukan pemandangan yang sudah lama tak saya temui, dan seketika  menyesali keterpaksaan yang  kurasakan sebelumnya. Ibu-ibu penjual sarapan dan gorengan dengan mantel seadanya masih semangat menawarkan dagangannya, berkeliling dengan jalan kaki, abang tukang sayur tetap berjejer meski dagangannya kena hujan, anak-anak bertelanjang kaki asik bermain hujan karena sekolah masih dilakukan secara daring, ojek online berteduh memenuhi pinggiran halte tetap setia menanti orderan.



Iya.

Life must go on.

Emang enak sih, hujan pagi-pagi tarik selimut. Tapi, apa gak malu sama dunia? Sama waktu yang gak akan berhenti berputar?

 

Agustus, September, Oktober. Tiga bulan bergulat dengan diriku sendiri. Berbagai kecemasan, kesedihan, keraguan, sampai kemarahan. Aku menyadari banyak hal tentang diri sendiri. Penakut, gak percaya sama diri sendiri, overthinking, lemah tapi sok kuat. Optimis tapi suka nangis.


Iya.

Aku cemas. 

Cemas akan ketidakpastian masa depan. 

Cemas akan kesendirian. 

Cemas karena merasa ditinggalkan. 

 

Bukan, bukannya tidak mencoba untuk berfikir positif. Aku berusaha melakukan banyak hal, menyalurkan energi untuk pengalihan. Workout, keluar rumah, sibuk kerjaan, ikut seminar ini itu, main sosmed, belajar nanem, atau masak. Tapi, di satu titik, I feel alone. Again and again. Hampa. 

I don’t know what to do. 

What I want to do.


Dan pada akhirnya, segala rasa itu bukan untuk dilupakan atau dialihkan. Tapi diterima. 

Penerimaan. 

Its okay if you feel sad, angry, or anxious, etc.

You only human.

Kita gak bisa selalu optimis, berfikiran positif terus menerus. Lelah.

 

Selanjutnya, kamu sendiri yang menentukan, kapan akan bangkit. Kapan akan menata ulang kembali. Dengan cara apa, bagaimana. 

Terserah. 

Happiness is not depends on somebody else. But depends upon ourselves. 

You make it!


Sumber gambar :

kompas.com

aksi cepat tanggap news

 

 

 

No comments:

Post a Comment