Dream It, Wish It, Do It !!!

Seberapa sering kalian bermimpi? Menuliskannya, kemudian melangkah mewujudkannya? Atau hanya terhenti dalam angan kemudian diam dan terlupakan? Sebenarnya saya merasa terlalu tua atau kurang pentas membahas tentang mimpi dan cita-cita karena masih banyak pencapaian yang belum diraih, tapi  ada sebuah kutipan inspiratif:



Dreams Don’t Work Unless You Do
Yup, seringkali kita mudah sekali dalam menginginkan atau mengharapkan sesuatu, tanpa diikuti dengan rencana dan tahapan pelaksanaan yang jelas. Ah pengen jalan-jalan, pengen liburan, pengen punya rumah, pengen nulis buku, pengen begini begitu, dsb. Ya, sama. Saya pun demikian. Kita sibuk melakukan sesuatu di luar rencana atau mimpi kita. Tanpa sadar, saat kita melihat orang lain terlihat lebih sukses, atau berhasil mencapai impiannya, menjadikan kita malahan kecewa, iri, dan bersedih hati (duhh…).

Don’t let your dreams just be dreams.

Jika kita punya mimpi besar, peganglah erat dan bergeraklah untuk mewujudkannya. Setidaknya tuliskan rencana. Kalau perlu detail waktu pelaksanaannya. Sedari kecil saya suka sekali berencana, menuliskannya dalam buku kecil atau ditempel di dinding. Beranjak SMA saya terkadang bangun malam-malam karena gelisah, terlalu banyak mimpi di kepala saya, kemudian menuliskannya. Apa saja. Saya masih ingat rencana pencapaian setiap tahun dari tahun 2004 – 2014 (sepuluh tahun), kemudian saya tempel di dinding kamar, kurang lebih seperti ini (Pliss jangan ketawa haha):

Ada yang tercapai, ada yang sedikit tertunda, ada yang belum tercapai sama sekali. Tapi saya yakin ini proses yang Allah kehendaki. Agar saya belajar, menikmati setiap proses, karena sukses tanpa proses jatuh bangun yang panjang saya pikir tak akan ada artinya. Sukses akan berasa jauh lebih nikmat jika kita pernah merasakan gagal, kecewa, sakit, lelah dsb.

Setelah berencana dan menuliskannya, lalu bekerjalah.

Kedua Tangan ini tercipta untuk bekerja. Jika tak disibukkan dalam kerja ketaatan, ia kan tetap bergiat dalam kemaksiatan
(Umar ibn Al- Khaththab)

Sekalipun rizki kita telah dijamin oleh Allah, maka makna kerja kita adalah pengabdian seutuhnya kepada Allah Swt, bekerja sudah seharusnya merupakan bentuk luapan syukur kita pada Dzat yang Maha Bijaksana (A. Fillah, Salim :Lapis-lapis Keberkahan hal 166).  Seringkali kita merasa lemah sebelum melakukan rencana-rencana kita, semangat lenyap ketika menemui sedikit kesulitan. Keinginan dan tekad yang lemah karena hanya kita sendiri yang tahu mimpi dan harapan kita. Kita menyimpan terlalu rapat mimpi-mimpi besar itu. Padahal, langkah pertama mengaktualisasi kan mimpi kita adalah berbagi dengan orang lain, saudara, sahabat, teman dekat, dsb. Kita sendiri yang memberi jarak antara mimpi dan realita. Berbagi atau bercerita dengan orang terdekat akan menjadi penyemangat dan pemacu mewujudkan mimpi dan harapan kita. Sebab jalan rizki tak selalu melalui rencana diri sendiri, seringkali perantara orang lain menjadi pembuka bagi jalan-jalan selanjutnya.

Senantiasa bersyukur dan terus berdoa.
Mudah diucapkan sulit diaplikasikan. Wujud syukur adalah menghentikan keluh. Seringkali kita merasa terlalu letih, menggugat segala kerja tanpa henti,lelah tak terbayar, dsb. Pulang malam, diomelin sana sini, revisi ini itu tanpa sadar terucap keluh yang menghapus segala pahala. Astaghfirullah. Padahal kalau dipikir ulang, bukankah kita pernah berada di titik lebih rendah dari saat ini? Saat tak tahu harus berbuat apa, melakukan sesuatu tanpa makna? Bukankah di luar sana masih banyak yang mau berpeluh letih mengabdi? Memperoleh lembaran yang tak seberapa, namun bahagia? Kenapa kita tak bisa? Entahlah, memang manusia tempatnya lupa.
Saat kondisi tak seperti yang kita harapkan, segala sesuatu keluar jauh dari rencana dan harapan, berhentilah sejenak. Mungkin kita perlu berkaca, bukan, bukan mencari salah, tapi menata kembali langkah, mungkin harus mundur sejenak, atau bahkan berganti arah untuk mencari jalan lain mempercepat tujuan. Berdoalah. Berharap pada yang Maha Mengatur Segala. Tak jarang kejutan luar biasa menjadi titik balik mimpi-mimpi kita.
Dan sungguh, saya pun harus banyak belajar. Tentang memperbaiki niat, menata amal, mengikhlaskan gerak. Ikhlas tanpa rasa sesak, tanpa beban disertai gelisah yang sangat. Tapi percayalah, Allah Maha Memahami, biarlah Ia yang menilai rasa sesak itu, segala letih dan rintih, sampai sesak dan tangis. Jangan menyerah melafalkan segala mimpi dalam doa,  segala pinta dan harap saat bermunajat pada-Nya. Sampaikan agar dipertemukan dengan hal-hal baik, tempat yang baik, orang-orang yang baik atau kesempatan selalu bisa berbuat baik. Aamin.

No comments:

Post a Comment