Kontemplasi Januari



Welcome 2018
Kalau yang lain sibuk menyusun atau bahkan memulai resolusi, saya lebih memillih berkontemplasi. Cieeh mikir apaan sih kamu, nung?? Entah, sepertinya memang sedikit terlambat untuk berkontemplasi atau muhasabah di awal tahun, tapi kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam setiap hari dalam hidup. Pembelajaran dan perenungan yang diambil untuk melangkah lebih baik dan lebih besar lagi harus selalu dilakukan.

Awal tahun ini justru diawali dengan perpisahan. Salah seorang patner kerja, Andrean, memutuskan untuk resign dan kembali ke daerah, kembali pada keluarga dan membangun bisnisnya. Keputusan besar yang diambil oleh seorang yang tiga tahun lebih muda dari saya. Setelah tujuh tahun tiga bulan bekerja hingga akhirnya memutuskan resign, saya yakin bukan pilihan yang ia ambil dengan tergesa-gesa. Sudah dipersiapkan, ditata dan disusun sedemikian rupa, hingga ia hanya menanti waktu yang tepat untuk pamit. Mengejutkan bagi sebagian orang, namun tidak bagi kami rekan kerjanya, yang memahami sepak terjang dan perjuangannya selama ini. Tapi tetap saja kami berat melepasnya, karena sungguh sulit mencari rekan kerja yang cocok dalam berbagai hal tidak hanya pekerjaan, tapi juga temen diskusi, temen berantem, temen main pingpong, temen jalan-jalan sampe temen main PS, haha.

Lembur Program 2015 masih di Menara 165
Masih Rajin Ke Monas
Nikahan Andre
Subbag Perencanaan 2017
Saat ia mengatakan; “Saya senang bekerja disini, setiap hari berangkat bekerja tidak merasa berat, menyenangkan, seperti pergi main saja”. 
Deg. Kalimatnya menohok saya. Bagaimana tidak, bagaimana mungkin ia melepas aktivitas yang ia anggap menyenangkan, dan memilih kembali ke rumah dan membangun hidup baru disana? Keputusan besar dan keputusan yang sulit tentu saja. Banyak orang yang menyesalkan, tapi saya kira ini karena satu hal. Tanggung jawab. Sebagai kepala keluarga, sebagai anak, dan sebagai pemuda daerah.

Selamat berjuang, Ndre!
Inti kontemplasi ini adalah bagaimana saya banyak belajar dari sosok-sosok muda yang menginspirasi saya. Sosok yang saya temui langsung, sosok yang saya lihat kiprahnya, dan sosok yang ada di sekeliling saya. Yah, sosok yang secara usia lebih muda ternyata tidak bisa kita sepelekan. Saat saya khawatir atas perubahan lingkungan saat ini, dalam artian generasi muda yang saya pikir seenaknya sendiri, sok gaul tapi gak pinter, alay, suka galau, gak tahu unggah ungguh atau sopan santun, dsb, saya justru dipertemukan dengan anak-anak muda yang bikin saya minder. Contohnya ini 👇 haha

Excited ketemu Gita (haha)
Jangan cari saya yang mana😅
Anak-anak muda yang sudah bisa menentukan passion-nya, yang biasa keliling dunia, yang hafidz quran, yang nikah muda, yang berprestasi level dunia, yang menginspirasi banyak orang dan masih banyak lagi yang lain. Pelajaran yang saya dapat adalah tak perlu khawatir akan perkembangan zaman. Allah sudah menjaga setiap waktu, menjaga anak-anak pada zamannya. Tugas kita adalah memberikan sebaik-baik teladan, sebaik-baik kontribusi, dan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.

Kesimpulan kontemplasi kali ini adalah :

Fokus
Yah, saya orang O (gol darah) yang gampang banget ke-distract, lagi ngerjain ini mikirin itu, lagi belajar malah scroll IG , haha. Banyak waktu yang terbuang hanya karena saya gampang terpengaruh, jadi belajar fokus ini penting banget.

Belajar hal baru
Beberapa kali saya menutup diri dari hal-hal yang saya pikir ga perlu, tapi ternyata saya salah. Seperti nabung buat travelling, jalan sama orang baru, ngobrol sama orang asing,dll. Open your mind to different perspective or different thing is very important. So, just try it!

Take it easy
Kadang yang bikin stress adalah diri kita sendiri. Diomelin dikit mikir, salah kerja langsung panik, diomongin orang sedih, dll. Padahal mah ya, diomelin nyengir aja, salah ya dibenerin, diomongin ya senyumin balik. Gampang toh?

Berani Ambil keputusan
Nah, ini yang seringkali sulit dipelajari. Saya orang jawa yang lebih sering pasrah dan nurut  (yang orang jawa jangan protes, haha). Atau terlalu lama ngambil keputusan, mikir berhari-hari sampe nangis-nangis, ujung-ujungnya pasrah. Oalaah, karakter begini jangan ditiru ya. Semua orang pernah salah ambil keputusan, dan itu pelajaran penting, belajar dari pengalaman, dan itulah hidup. Take it or  leave it, dare you?



No comments:

Post a Comment