Passion VS Opportunity

Halloo ...
Holiday is over
Taqabalallahu minna wa minkum semuanyaaa
Hari pertama kerja ngomongin sesuatu rada berat gapapa lah ya. Karena beberapa kali kemarin sebelum libur lebaran mengalami yang namanya stuck dalam kerjaan. Pernah ga si suatu hari kalian bengong liat rekan kerja pada ngomongin sesuatu, dan pikiran kita ngeblank. Ni pada ngomongin apa sih? Ga tau kenapa rasanya ngeblank aja, entah ga nyambung atau ....ga antusias sama sekali. Dan ini membuat saya bertanya-tanya, karena selama ini ga pernah ngerasain kaya gini. Ini pertama kalinya saya merasa ada di tempat yang tidak tepat. Atau mungkin situasinya yang tidak tepat. Atau malah kondisi saya yang lagi jenuh sama kerjaan.


Memasuki tahun ke-empat kerja, saya tidak pernah merasa selesu ini. Sungguh. Bawa kerjaan ke rumah saya enjoy, fine2 aja. Sekarang? Boro-boro. Inget suatu kali pernah baca satu artikel Follow your opportunity first, then apply your passion. Intinya ngikuti passion ga selalu bagus. Terkadang untuk mengejar passion kita justru melewatkan banyak kesempatan dalam hidup kita. Bisa jadi opportunity alias kesempatan itu justru membuka jalan menuju passion kita. Jadi jangan terlalu saklek ngikutin passion. Its your life. You can improve anything! Dan terkadang kita ga tahu benarkah ini passion kita? Atau justru cuma hobi aja?

Bahkan karir mendiang Steve Jobs menggambarkan Dont Follow Your passion! But DO what you LOVE. Apple Computer was decidedly not born out of passion, but instead was the result of a lucky break–a “small-time” scheme that unexpectedly took off. Nah! Aplle lahir dari kesempatan, bukan passion. Passion Steve Jobs sendiri justru  mempelajari sejarah barat, tarian dan mistisme Timur. Dia mencari pencerahan spiritual dan mencoba bidang elektronika hanya karena bisa memperoleh uang dalam waktu singkat. Tulisan ini dimuat dalam buku Dont Follow Your passion! By Cal Newport.
Oke, kembali ke passion. Apa sih passion? Bagaimana kita menentukan passion kita sebenarnya? Karena banyak dari kita ternyata masih keliru menerjemahkan passion ini.

#1. Tak sekedar cinta
Kamu suka bola? Suka koleksi sepatu? Suka masak? Trus apakah lantas kamu jadi pemain bola? Atau kolektor sepatu dan chef jadi profesi kamu? Kamu hanya suka dan hal tersebut membuatmu bersemangat dan hidupmu berwarna. Nah berarti ini hanya sekedar hobi, bukan passion.

#2. Enjoy, lupa waktu
Saking senangnya dan menikmati aktivitas tertentu, kamu sampai lupa waktu ngerjainnya. Tapi produktif loh yaa. Saya juga suka lupa waktu kalau main games atau nonton drakor. Tapi apa lantas passion saya di drama korea? Enggak juga kan?hehe. misalnya kamu suka gambar atau nulis. Kamu bisa melewatkan waktu berjam-jam untuk membuat suatu karya, dan kamu puas banget ngelakuinnya.

#3. Hampa jika tidak melakukannya
Ga buat tulisan dalam sehari, membuat kamu gak semangat, atau ga main musik seharian membuatmu loyo dan baperan. Bisa jadi ini passionmu.

#4. Rasa Penasaran
Ikut training kepenulisan, ikut kelas musik yang ngabisin duit, beli buku apapun tentang masak, atau beli kamera berjuta-juta buat yang suka fotografi, rela kamu lakukan demi kesukaan kamu. Dan sama sekali gak nyesel ngelakuinnnya. Dan kamu pun selalu mengasah kesukaanmu itu, keingintahuanmu selalu muncul sehingga rela mencari tahu lewat berbagai media.

#5. Kreativitas dan Inovasi
Karyamu diakui banyak orang kualitasnya, sehingga itu diakui sebagai keahlianmu. Semakin kamu menekuninya muncul beragam kreativitas dan inovasi, dan kamupun semakin semangat untuk produktif berkarya

Jadi, tentukan passionmu dan putuskan passion or opportunity?

Artikel ini dimuat di hipwee

No comments:

Post a Comment