Jogjakarta, Jawa yang Istimewa (part 2)

Bakmi Jawa yang Istimewa
Ke Jogja emang rugi banget kalo ga nyicip banyak makanan, dari Bakmi Pele di Alun-alun Utara, Angkringan Kopi Joss di deket Stasiun Tugu, sampe rela jalan kaki nyicipin Bakmi Paino.  Bakmi Jawa Pak Pele bertempat di pojok timur bagian Selatan Alun-alun Utara Yogyakarta, tepatnya di depan SD Keputran dan  buka dari jam 17.30 sampai malam hari. Kita akan disuguhi Bakmi Jawa dengan bumbu sederhana tapi rasa benar-benar istimewa. Telur bebek,  ayam kampung dan kaldu ayam asli mungkin menjadi sumber cita rasa kelezatannya. Untuk pilihannya bisa kita pilih bakmi kuning, bihun atau campur, bisa bakmi godog (kuah) atau goreng.


Kopi Joss emang Joss
Malam hari kita rame-rame ngikut bapak-bapak menuju angkringan di sekitar stasiun tugu, yang memiliki menu unik yakni kopi joss, berupa kopi panas yang disajikan bersama arang panas langsung dari tungku.  Kopi Joss ini menjadi  minuman khas di Angkringan Lik Man dari tahun 1960-an. Kopi ini berkhasiat menghilangkan penyakit seperti kembung, mules dan sakit perut. Bahkan kabarnya beberapa tokoh datang untuk mencoba kopi ini langsung di angkringan seperti Emha Ainun Nadjib, Butet Kertarajasa dan alm. Bondan Winarno sang bapak maknyuss.

Sengaja ga banyak makan di angkringan bareng mbak Wida saya jalan kaki menuju Bakmi Paino di Jalan Bintaran. Didorong rasa penasaran karena baru denger pas di Jogja, pas temen Bapak-bapak banyak yang ngomongin kelezatannya sampai SBY dan wapres Boediono juga menggemarinya dan dibanding Bakmi Gito yang mungkin lebih tenar di Instagram, haha. Mengandalkan Google Maps kita berdua, cewek malem-malem menyusuri jalan Jogja, dari rame sampe sepi. Haha. Tapi memang worthed setelah kita berdua jalan kaki setengah jam itu disuguhi bakmi yang bener-bener uenaak. Yang istimewa adalah setiap hidangan dimasak satu sajian satu kali masak, itu pakemnya. Kita juga bisa menambah ampela ati, kepala atau sayap sebagai tambahan dalam bakmi. Jadi emang cukup lama nunggu sampai hidangan siap santap, meski malam itu ga begitu ramai pengunjung. Sambil nunggu kita bisa menikmati wedang bajigur, minuman jahe dan rempah dengan toping roti, irisan kelapa dan kolang-kaling yang lezat.

Wedang Bajigur
Saat disajikan asli kaget karena buanyak satu piring penuh, dan rasa kuahnya seger banget, bener-bener recommended buat dicoba. Selain menu bakmi godog/goreng, juga ada Sego Godog, Capcay dan Nasi Magelangan yang bisa kalian pilih.

Kuahnya seger banget

Malioboro
Panas-panas goreng pisang
Kopi agak manis di gelas kaca
Di gelar tikar di terang neon
Di ubun-ubunnya Jogjakarta

Gadis manis senyum-senyum
Tawarkan nasi bungkus daun pisag
Sama-sama makan malam-malam
Di ubun-ubunnya Jogjakarta

Semua aku ingat
Dan tak akan kulupa
Kenangan paling indah
Dan paling… paling asyik

Ada yang tahu lagu ini? Lagunya Doel Sumbang ft Nini Karlina, pasti terngiang di kepala kalo ke Malioboro. Dulu pas kecil sering banget nyanyi lagu ini bareng sepupu, haha. Karena kekenyangan Bakmi Paino, kami akhirnya jalan kaki menelusuri Malioboro dari ujung ke ujung. Berhubung sudah jam 10 malam, sudah banyak toko yang tutup, tapi Malioboro tetap ramai dengan lesehan, kaki lima bahkan kentongan yang menunjukan atraksi joget lucu menarik perhatian.


Malioboro masih ramai

Ullen Sentalu
Karena masih ada waktu sebelum balik Jakarta, saya menghubungi Vita adiknya Mita minta anterin ke Ullen Sentalu, lumayan kan bisa sekalian keliling Jogja. Alhamdulillah Vita mau dan pagi-pagi kita jalan ke museum terbaik di Indonesia (pilihan Trip Advisor) di lereng Merapi. Sebelumnya mbak Wida ngajakin ke Borobudur Sunrise, tapi ternyata diitung per orangnya bayar lumayan mahal,euy,sekitar empat ratus ribuan, jadi kita pending dulu.


Ruang Tunggu

Jangan Salah Fokus :) 
Karena berada di lereng merapi saat masuk ke area Museum yang terletak di Jalan Boyong, Kaliurang, kita disambut hawa sejuk cenderung dingin, suasana juga masih banyak pepohonan dan sepi dari pemukiman penduduk.  Tiket masuknya 45 ribu per orang, dan kita bertiga diminta menunggu sejenak sebelum masuk karena setiap pengunjung disediakan Tour Guide atau pemandu yang akan menjelaskan dengan rinci setiap detail bagian museum selama kurang lebih 50 menit, dan pengunjung dibagi menjadi 10 orang setiap kelompoknya. Dan satu lagi, kami tidak diperkenankan mengambil foto dalam museumnya. Ullen Sentalu sendiri merupakan museum milik pribadi, yakni Keluarga Haryono  dan memiliki arti  Ulating Blencong Sejatine Tataraning Lumaku ( Nyala Lampu petunjuk manusia dalam meniti kehidupan). Diresmikan pada tanggal 1 Maret 1997 oleh KGPAA Paku Alam VIII, yang merupakan Gubernur DIY saat itu.

Nggak bakal bosen muter-muter


arsitekturnya unik
Museum Ullen Sentalu memiliki misi mengumpulkan, mengkomunikasikan dan melestarikan warisan seni dan budaya Jawa yang terancam pudar guna menumbuhkan kebanggan masyarakat pada kekayaan budaya Jawa sebagai Jati diri bangsa. Dan dari sini saya paham kenapa kita dilarang mengambil foto. Proses mengkomunikasikan ini akan lebih efektif jika para pengunjung focus mendengarkan penjelasan, tidak sibuk selfie di dalam museum. Okelah.


Ada Butik juga
gemericik air membuat tenang
Total ada tujuh ruangan di Ullen Sentalu, ruang pintu masuk, Guwo Selo Giri, dan lima ruangan lain di dalam Kampung Kambang. Masuk ke Guwo Selo Giri kita turun ke dalam bunker bawah tanah yang artistic dikenalkan dengan sejarah Mataram Islam di empat keraton Solo dan Yogyakarta; Kasunanan dan Istana Mangkunegaran Surakarta, Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Puro Pakualaman Yogyakarta. Juga cerita tentang Gusti Nurul, putri Solo yang cerdas dan memukau dengan surat-surat pribadi yang bener-bener puitis.  Dia merupakan putri keraton tercantik pada masanya (mirip Julia Perez, hehe) bahkan pernah jadi incaran Presiden Soekarno, tapi ia juga banyak menolak pinangan banyak Pria karena dirinya menolak dimadu. Oke sip.


Mirip ITB ya


Sama Vita yang nganterin kemana-mana

akhirnya bisa foto, yeaa


Beliau akhirnya menikah dengan seorang tentara dan menetap di Bandung pada umur 30 tahun (wow tahun 1951 loh, nikah umur segitu). Gusti Nurul meninggal pada umur 94 tahun dan masih sempat meresmikan Ruangan Putri Dambaan di Ullen Sentalu pada Tahun 2002.
Keluar museum kita juga bisa menikmati hidangan lezat di Restoran Beukenhof, masih di komplek museum, tapi karena waktu sempit kami bertiga cuma foto-foto di sekeliling museum dan beli salak pondoh lokal yang banyak dijual penduduk setempat di dekat pintu masuk.

Museum Merapi
Karena gerimis, kami bergegas kembali ke mobil dan akhirnya memutuskan mampir ke Museum Merapi, sebenarnya kepikiran mencoba Lava Tour Merapi tapi ragu karena kita Cuma bertiga dan biaya sewa jeep bisa mencapai 400 ribu plus takut hujan, jadinya kita milih ke museum saja.

Museum ini memiliki bangunan unik dua lantai dan gunung merapi yang sesungguhnya terlihat gagah di belakang sebagai latarnya.


Memasuki museum sebuah replica gunung dengan awan panas akan tampak di tengah ruangan, kita bisa menekan salah satu tombolnya dan suara gemuruh menyerupai letusan akan terdengar disertai nyala lampu dan asap yang keluar di puncaknya. Ada tiga letusan yakni tahun 1969, 1994 dan 2006.


Foto Mikroskopik Batuan


Sisa Letusan Merapi
Merapi terlihat jelas
Di ruangan lain terdapat berbagai display tipe letusan gunung api sejak tahun 1930, benda-benda sisa letusan sampai foto-foto mengharukan saat evakuasi. Panel ilustrasi dan alat peraga menarik banyak dijumpai, namun sayang terlihat banyak pojok ruangan yang bocor, tidak berfungsi dan tak terawat.

Tengkleng Gajah sampai Alun-alun Kidul.
Diajak Vita nyobain tengkleng Gajah, bukan daging gajah tentu saja, namun hidangan daging kambing porsi jumbo. Tengkleng merupakan masakan khas Solo yang berbahan dasar daging, jeroan dan tulang kambing. Sepintas menyerupai gulai kambing, hanya saja lebih encer. Disajikan dalam kondisi panas dengan daging menempel di tulang, aromanya sangat menggiurkan sehingga langsung tandas begitu disajikan.

tengkleng gajah langsung dihajar
tulang belulang lezat
Sebelum pulang, kami singgah lagi di beberapa tempat seperti beli oleh-oleh bakpia dan gudeg, muter-muter UGM, nyicipin gelato di Tempo Gelato yang instagrammable dan terakhir menyaksikan ritual laku masangin pohon beringin di Alun-Alun Kidul.

Tempo Gelato yang selalu ramai


Salah milih, keaseman Lemon Gingernya
pintu geser unik di Tempo Gelato
langit senja di Alun-alun Kidul

bisa dicoba Laku Masangin di Beringin Kembar
Mobil Kayuh Cantik


Berkunjung ke Jogja memang gak akan pernah puas, selalu ada oleh-oleh rasa rindu dan kesan Jawa yang selalu terngiang. Jadi, kapan kita ke Jogja lagi?

No comments:

Post a Comment